Rabu, 02 Januari 2013

Pengaruh Radikal Bebas dalam Tubuh

Jakarta adalah Ibu Kota negara, ini menjadikan Jakarta sebagai kota dengan tingkat penduduk terpadat di Indonesia. Sebagian besar penduduk didaerah luar Jakarta bermigrasi ke kota ini untuk mencari lapangan pekerjaan guna memperbaiki keadaan ekonomi keluarga mereka. Sayangnya, kepadatan penduduk ini tidak disertai dengan penanganan yang baik dalam menjaga lingkungan di Jakarta. Akibatnya pencemaran udara di Jakarta pun meningkat seiring meningkatnya jumlah penduduk

Meningkatnya tingkat pencemaran ini sangat berdampak buruk pada kesehatan warga Jakarta sendiri, beberapa diantaranya adalah menyebabkan semakin banyaknya kandungan radikal bebas di udara yang akan menyebabkan berbagai macam penyakit. Penyakit yang sering dihubungkan dengan radikal bebas adalah serangan jantung, kanker, katarak dan menurunnya fungsi ginjal.

Berikut kandungan kimia yang umumnya terkandung dalam radikal bebas, antara lain :

1. superoksida (O2-) ;
2. nitroksida (NO) ;
3. hidrogen peroksida (H2O2) ;
4. asam hipoklorit (HOCl) ;
5. thill (RS-) ;
6. hidroksil (OH-), senyawa paling berbahaya karena memiliki reaktivitas yang tinggi,
7. dan lain-lain.

Kerja kandungan kimia tersebut dalam tubuh manusia adalah mencuri elektron yang ada pada molekul lain dalam tubuh. Beberapa komponen tubuh yang rentan terhadap serangan radikal bebas antara lain, sel-sel penyusun DNA, membran sel, protein, lipid peroksida, Pencurian ini jika berhasil akan merusak sel dan DNA tersebut. Karna apabila kandungan dari radikal bebas banyak yang masuk kedalam tubuh, maka akan banyak pula sel dalam tubuh yang rusak. Hasil penelitian diketahui bahwa radikal bebas merupakan penyebab utama berbagai keadaan patologis seperti penyakit liver, jantung koroner, kanker, diabetes, katarak, penyakit hati, dan berbagai proses penuaan dini.

Pengaruh radilkal bebas dalam tubuh dapat dikurangi, tentunya dengan sadar akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan terutama di Jakarta sebagai kota yang padat penduduknya. Berdasarkan hasil survey penyebab polusi / pencemaran lingkungan di Jakarta adalah Asap Kendaraan yang mengandung banyak kandungan kimia timbal sebagai hasil dari pembakaran tidak sempurna dari jenis kendaraan-kendaraan seperti motor, angkutan umum yang biasanya kurang diperhatikan kondisi kelayakan mesinnya, bahkan mobil pribadi juga menjadi penyebabnya, sampah-sampah yang menumpuk di sungai atau kali, asap dan limbah cair dari pabrik yang tidak dilakukan pengujian guna memisahkan kandungan kimia berbahaya dalam limbah sebelum dibuang ke lingkungan.

Beberapa tips untuk menjaga tubuh kita dari pengaruh radikal beba, antara lain

· Untuk mencegah / mengurangi pengaruh buruk dari polusi udara, mungkin saat saat beaktivitas diluar ruangan atau ditempat umum kita bisa memakai masker .
· Pencegahan dari dalam tubuh adalah kita harus memperbanyak konsumsi kandungan vitamin A, C,E dan kandungan kimia lain seperti selenium yaitu zat yang memproduksi enzim-enzim yang berfungsi sebagai anti oksidan. Cara kerjanya vitamin dan selenium akan bereaksi dengan radikal bebas sebagai antioksidan dan selanjutnya akan terbentuk radikal bebas baru yang relatif lemah dan tentunya tidak berbahaya bagi tubuh.
· Hindari membuang sampah disembarang tempat.


Sumber-Sumber :

1. http://id.wikipedia.org/wiki/Radikal_bebas
2. http://poetriesulung.blogspot.com/2011/11/sedikit-pengetahuan-tentang-antioksidan.htpml
3. http://salurandrainase.wordpress.com/2012/03/28/tips-pembuangan-limbah-yang-benar/
4. http://www.voaindonesia.com/content/tingkat-pencemaran-udara-di-jakarta-meningkat/1418769.html
5. http://id.wikipedia.org/wiki/Antioksidan

Obat Generik di Indonesia



Melihat dari persepsi sebagian besar masyarakat saat ini, yang mengatakan bahwa obat generik adalah  obat-obat yang kurang berkualitas,  karna obat-obatan ini sebagian besar terdapat  di Puskesmas dimana pasien kebanyakan dari masyarakat yang kurang mampu. Padahal kalau dibandingkan dengan obat paten kandungan kimia dan khasiatnya sama saja, tidak ada perbedaan. Perbedaan yang pasti terjadi adalah pada harga. Dimana harga obat generik jauh lebih murah dibandingkan obat paten.

Obat paten adalah obat yang memiliki nama dagang milik produsen yang memproduksi obat tersebut.  Sedangkan obat generik adalah obat yang telah habis masa patennya, sehingga dapat diproduksi oleh semua perusahaan farmasi tanpa perlu membayar royalti. Inilah yang membuat obat generik lebih murah. Akibat dari persepsi buruk  masyarakat terhadap obat generik yaitu menurunkan produksi obat generik di Indonesia, karna dinilai kurang membawa keuntungan, dilihat dari sedikitnya jumlah permintaan oleh masyarakat.

Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kementerian Kesehatan, Sri Indrawaty dalam seminar internasional Akses terhadap Obat dan Dampaknya terhadap Kebijakan Obat Nasional di Jakarta, Senin (3/10), mengatakan, penggunaan obat generik di Indonesia hanya sekitar 11 persen dari konsumsi obat nasional. Padahal dinegara lain penggunaannya sudah mencapai 50 persen. Disini terlihat perbedaannya, karna di negara lain produksi obat generik didukung oleh pemerintah dalam hal produksi ataupun pemasarannya, didukung pula dengan kesadaran dokter yang memeriksa dan memberikan resep kepada pasiennya.

Mungkin inilah penyebab persepsi buruk masyarakat di Indonesia, terutama pada obat generik yang diberikan oleh Puskesmas. Padahal tujuan Pemerintah pada obat generik ini agar masyarakat bisa mendapatkan obat yang berkualitas dengan harga yang terjangkau. Dan tidak dipasarkannya obat generik ini adalah agar produsen tetap bisa mendapatkan keuntungan dari produksinya. Tapi seiring berjalannya waktu, produsen menginginkan terdapatnya logo pada obat produksi mereka. Dengan catatan agar harga yang dipasarkan tetap dikontrol oleh Pemerintah, maka pemberian logo ini diperbolehkan. Industri obat generik dibedakan menjadi 2 jenis yaitu ;

1.       Obat generik bermerek dagang, yaitu obat yang diberi merek dagang oleh perusahaan farmasi yang memproduksinya.
2.       Obat generik berlogo, dipasarkan dengan tampilan produk mencantumkan merek kandungan zat aktifnya dan juga logo perusahaan. Misalnya, oleh pabrik ”A” diberi merek ”inemicillin”, sedangkan pabrik ”B” memberi nama ”gatoticilin” dan seterusnya, sesuai keinginan pabrik obat. Dari berbagai merek tersebut, bahannya sama: amoxicillin.
Saat ini, Perusahaan obat dalam negeri lebih banyak memproduksi obat generik dari obat yang telah habis masa patennya, kemudian diberi merek dagang. Kalangan perusahaan farmasi lokal cenderung memposisikan produk semacam ini sebagai “obat paten” (mungkin karena mereknya didaftarkan di kantor paten), walau sebenarnya lebih tepat disebut sebagai “branded generic”, alias obat generik bermerek itu tadi.